Isack Hadjar, pembalap muda dari tim Visa Cash App Racing Bulls (VCARB), harus menerima kenyataan pahit setelah gagal menyalip Alex Albon di momen-momen krusial akhir balapan. Meski tampil kompetitif dan sempat mengintip peluang, langkahnya terhambat oleh taktik bertahan dari Carlos Sainz yang memainkan peran kunci dalam membentuk “kereta DRS”. Dengan memanfaatkan sistem DRS untuk menjaga jarak dekat dengan Albon, Sainz berhasil menciptakan benteng yang sulit ditembus, membuat Hadjar tidak memiliki cukup ruang untuk menyerang.
Situasi ini membuat peluang Hadjar semakin tipis, terutama setelah Albon mulai menjauh dari Sainz di beberapa lap terakhir. Sayangnya, waktu yang tersisa tidak cukup bagi Hadjar untuk mengejar ketertinggalan, dan peluang untuk meraih posisi kedelapan pun menghilang begitu saja. Hadjar bahkan mengungkapkan kekecewaannya dengan mengatakan bahwa jika Albon dan Sainz bukan satu tim, dirinya kemungkinan besar bisa merebut posisi tersebut.
Meski begitu, Hadjar tetap menunjukkan kedewasaan dengan mengakui bahwa strategi tim dalam balapan adalah hal biasa dan sah-sah saja dilakukan. Ia mengibaratkan pertahanan Sainz seperti “Tembok China” yang nyaris mustahil ditembus. Bagi Hadjar, ini bukan sekadar kekalahan, melainkan pembelajaran penting yang memperkaya pengalamannya di dunia balap Formula 1. Ia menyadari bahwa kemampuan membaca situasi, mengelola tekanan, dan merespons strategi lawan adalah bagian dari seni bertarung di lintasan.
Meski harus pulang tanpa poin, Hadjar melihat kejadian ini sebagai pelajaran penting yang akan membantunya tumbuh menjadi pembalap yang lebih matang dan siap menghadapi persaingan di level tertinggi ke depannya. Dengan mental yang kuat dan sikap yang positif, Hadjar menunjukkan bahwa dirinya tak hanya berjuang untuk menang hari ini, tapi juga mempersiapkan diri untuk menjadi juara di masa depan.