Lebaran Idul Fitri bukan hanya momen untuk merayakan kemenangan setelah sebulan berpuasa, tetapi juga kesempatan untuk menikmati berbagai hidangan khas yang berbeda di setiap negara. Setiap daerah memiliki tradisi kuliner unik yang menjadi bagian dari warisan budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Dari makanan manis hingga hidangan berbumbu kaya rempah, semuanya memiliki cerita dan makna tersendiri dalam perayaan Idul Fitri.
Di Palestina, Ma’amoul menjadi sajian khas yang selalu hadir saat Lebaran. Kue ini dibuat dari semolina yang diisi dengan kurma, kenari, atau pistachio, lalu dipanggang hingga bertekstur renyah di luar dan lembut di dalam. Di Suriah, ada Wara’a Enab, yaitu daun anggur yang diisi campuran nasi dan daging domba berbumbu, melambangkan kebersamaan keluarga dalam perayaan hari raya. Sementara itu, di India dan Pakistan, Sheer Khurma menjadi hidangan penutup yang wajib ada, berupa bihun manis yang dimasak dengan susu, kurma, dan kacang-kacangan, menciptakan rasa creamy yang menggoda.
Biryani juga menjadi favorit di Asia Selatan, dengan nasi berbumbu rempah yang dimasak bersama daging atau sayuran, menghadirkan aroma khas dari saffron dan kapulaga. Di Afghanistan, Bolani, roti tipis berisi kentang atau daun bawang yang digoreng hingga renyah, sering disajikan dengan saus yogurt untuk menambah kenikmatan. Di Bosnia, Tufahije, apel rebus yang diisi kenari dan gula, menjadi sajian penutup yang manis dan menyegarkan. Sementara itu, di Turki, Lokum atau Turkish Delight hadir sebagai permen kenyal beraroma mawar atau lemon yang sering disajikan sebagai suguhan untuk tamu.
Setiap hidangan ini tidak hanya menggugah selera tetapi juga membawa makna mendalam dalam menjaga tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui makanan khas Lebaran dari berbagai belahan dunia, kita bisa melihat bagaimana setiap komunitas merayakan Idul Fitri dengan cara yang unik, penuh kebersamaan, dan penuh kenangan.